Monday, September 14, 2020

Sebuah Tulisan

 Dear self....

Apa kabar?

Apa kabar pikiranmu

Apa kabar hatimu

Apa kabar jiwamu

Apa kabar hidupmu

Aku berharap semua baik-baik saja

Di masa ini, keadaan menuntut kita untuk lebih bersabar dan terus berprasangka baik. Segala sesuatu yang berubah dan kita dituntut mengikuti semuanya, mau tidak mau.


***


Belakangan aku mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan diri. Pikiran yang labil, perasaan yang labil, dan segala hal yang mungkin di luar kendaliku.

Part pertama, perihal keadaan. Kini, kita tak lagi bisa sebebas dulu, ke sana sini sesuka hati. Aku, yang notabene lebih menyukai suasana rumah pun merasa porak-poranda saat diharuskan di "rumah saja" untuk waktu yang lama. 

Raga tetap di rumah, tetapi pikiran melanglang buana. Berita di televisi, headline di sosial media, rupa-rupa perkataan tetangga dan lainnya. Sebuah kejutan besar terjadi pada diri. Gejolak. 

Mulai dari menerka-nerka keadaan, menebak-nebak perasaan, hingga memunculkan rasa-rasa yang barangkali sama sekali tidak ada. Riskan. Tetapi itulah yang terjadi.

Berusaha memompa diri dengan semangat, dukungan dari keluarga dan teman baik adalah kekuatan agar terus mampu bertahan. 

Part berikutnya muncul. Perihal rasa. 

Disebabkan karena terlalu lama sendiri, lupa kalau ada orang lain yang bisa membantu menyelesaikan sesuatu yg ada di kepala. Gejolak lain muncul. Perasaan mulai tak karuan, menebak-nebak, bagaimana akhir dari kisah, apakah akan bertahan atau udahan. 

Saat-saat mengambil keputusan, adalah saat terberat. Resiko adalah tanggung jawab yg harus kita tanggung. Membiarkan zona nyaman bergeser dengan resiko. 

Pertikaian antara dua orang yang saling menuntut. Berujung ricuh dan hancur. Apakah dasar segalanya? Tidak mengerti.

Terus menerus seperti itu. Hingga selintas muncul di kepala, "apakah ini yg namanya Quarter Life Crisis?" 

Ya, i am in. Usiaku skrg 25 tahun. Walau tetap masih dipanggil "adek" ketika di rumah. Banyak sekali yg terasa sejak kaki menginjak usia itu. Seingatku, 24 tahun  sudah merasa enough buat labil, but never know it has came. Wajar saja barangkali. 

Siapa saja bisa merasakan labil, kehilangan kontrol diri, bahkan kehilangan pikiran sendiri, ya termasuk diri ini.

Keadaan sekarang dan pertikaian dua manusia berbeda jenis mungkin jadi jawaban "kenapa sih kok labil kali?"


Dear self...

I wish all the best for you. 






Share:

0 komentar:

Post a Comment